Sejak kecil kita udah diajarin disiplin. Meskipun waktu itu gua belum ngerti arti sebenarnya, tapi yang gua tangkep: kalau masuk sekolah jam 7, ya harus udah di gerbang sebelum jam 7. Telat berarti melanggar. Sesimpel itu.
Semakin hari, gua ngerasa pelajaran tentang disiplin ini makin kerasa manfaatnya. Karena ternyata, disiplin itu bukan cuma tentang datang tepat waktu—tapi tentang komitmen kita ke diri sendiri. Kalau dari kecil udah biasa disiplin, kebiasaan itu bakal kebawa terus. Dari SD, SMP, SMK, kuliah, sampai kerja—semua butuh disiplin.
Gua juga sadar, disiplin itu bikin hidup jadi lebih teratur. Bukan berarti hidup jadi kaku, tapi lebih ke tahu kapan harus serius, kapan bisa santai. Disiplin juga yang ngebantu kita tetap jalan, bahkan pas lagi gak mood atau gak ada yang ngawasin.
Dalam Islam juga ditekankan pentingnya kedisiplinan, apalagi soal waktu. Allah berfirman dalam QS. Al-Mu’minun: 9,
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”
Maksudnya bukan cuma shalat, tapi konsistensi dan ketepatan waktunya. Itu bentuk disiplin paling dasar dalam ibadah.
Ada juga QS. Al-Asr, yang sering kita denger:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian…”
Ayat ini ngingetin kita soal waktu, dan gimana pentingnya memanfaatkannya dengan baik. Disiplin waktu = menghargai hidup.
Dari sisi sains dan psikologi, menurut penelitian dari Psychological Science (2013),
“Self-discipline predicts success more reliably than IQ.”
Artinya, disiplin bahkan bisa lebih penting dari kepintaran dalam nentuin kesuksesan seseorang.
Jadi buat gua, disiplin itu bukan sekadar kebiasaan dari kecil. Tapi fondasi yang bikin kita bisa bertahan, berkembang, dan ngeraih tujuan hidup—baik di dunia, maupun akhirat.