Di momen-momen tertentu, gua sering ngerasa pengen dimengerti. Pengen dipahami, didengar, dan dihargai. Dan itu wajar banget—karena sebagai manusia, kita emang punya kebutuhan buat dimengerti.
Tapi, seiring waktu gua juga makin sadar… hidup ini bukan cuma tentang diri kita sendiri.
Kita hidup berdampingan. Ada keluarga, temen, pasangan, rekan kerja, bahkan orang-orang asing yang mungkin hari ini lagi berjuang juga dengan cerita hidupnya sendiri.
Kadang kita terlalu sibuk pengen dimengerti, sampai lupa buat berusaha ngerti orang lain juga. Padahal, hubungan yang sehat itu dibangun dari dua arah—bukan cuma minta dipahami, tapi juga belajar memahami.
Di dunia yang makin individualistis, kesadaran bahwa kita bagian dari sistem sosial itu penting banget. Kita gak hidup di ruang hampa. Keputusan kita, sikap kita, ucapan kita, itu bisa berdampak buat orang lain—baik atau buruk.
Gua jadi inget satu hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari & Muslim)
Artinya apa? Bahwa kepekaan terhadap orang lain itu bagian dari iman. Bahwa hidup ini bukan cuma soal “apa yang gua rasain”, tapi juga “apa yang orang lain rasain” karena kehadiran kita.
Dan menariknya, ketika kita belajar untuk keluar dari diri sendiri—untuk lebih peka, lebih peduli, lebih membuka ruang untuk orang lain—biasanya, kita juga jadi makin damai sama diri sendiri.