Awalnya gua kira, komunikasi itu cuma penting di hubungan kayak pacaran, suami-istri, atau pertemanan. Tapi makin ke sini, makin sadar: komunikasi itu penting di semua aspek hidup. Serius, semua.
Kenapa? Karena kita bukan cenayang. Gua nggak bisa baca pikiran orang. Gua juga nggak tahu dia lagi ngerasa apa, lagi butuh apa, atau lagi kepikiran apa—kalau dia gak ngomong. Dan sebaliknya, orang lain juga gak akan tahu isi kepala atau hati gua kalau gua nggak nyampein dengan jelas.
Makanya, komunikasi itu skill yang harus terus diasah. Bukan sekadar bisa ngomong, tapi gimana kita nyampein sesuatu dengan jelas tanpa nyakitin, dengerin tanpa ngegas, dan ngerti tanpa harus setuju. Kadang, masalah besar itu bukan karena perbedaan, tapi karena miskomunikasi.
Dalam Islam, komunikasi itu juga dijaga banget. Bahkan diajarkan gimana caranya berbicara yang baik.
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa: 63:
“…katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”
Artinya, ngomong itu bukan cuma soal isi, tapi juga cara nyampeinnya. Harus bikin orang merasa dihargai, bukan diserang.
Rasulullah SAW juga dikenal sebagai komunikator ulung. Bahkan saat berbeda pendapat, beliau tetap lembut, gak ngegas, dan selalu menyesuaikan cara bicara sesuai lawan bicaranya. Itu contoh komunikasi yang gak cuma efektif, tapi juga penuh empati.
Dari sisi sains, studi dari Journal of Business and Psychology bilang:
“Effective communication is the foundation of trust, collaboration, and conflict resolution.”
Gak heran kalau komunikasi yang baik bisa bikin hubungan apapun jadi lebih sehat dan tahan lama.
Jadi menurut gua, belajar komunikasi itu gak pernah sia-sia. Karena selama kita masih hidup dan ketemu orang lain—kita pasti akan butuh komunikasi. Mau itu ngobrol, debat, curhat, atau sekadar bilang “aku capek”—semua butuh cara. Dan cara itu, bisa dilatih, bisa diperbaiki, dan makin lama makin kuat.